Thyristor berakar kata dari bahasa Yunani yang
berarti ‘pintu'. Dinamakan demikian barangkali karena sifat dari
komponen ini yang mirip dengan pintu yang dapat dibuka dan ditutup untuk
melewatkan arus listrik. Ada beberapa komponen yang termasuk thyristor
antara lain PUT (programmable uni-junction transistor), UJT (uni-junction transistor ), GTO (gate turn off switch), photo SCR
dan sebagainya. Namun pada kesempatan ini, yang akan kemukakan adalah
komponen-komponen thyristor yang dikenal dengan sebutan SCR (silicon controlled rectifier), TRIAC dan DIAC. Pembaca dapat menyimak lebih jelas bagaimana prinsip kerja serta aplikasinya.
Struktur Thyristor
Ciri-ciri
utama dari sebuah thyristor adalah komponen yang terbuat dari bahan
semiconductor silicon. Walaupun bahannya sama, tetapi struktur P-N
junction yang dimilikinya lebih kompleks dibanding transistor bipolar
atau MOS. Komponen thyristor lebih digunakan sebagai saklar (switch) ketimbang sebagai penguat arus atau tegangan seperti halnya transistor.

Gambar-1 : Struktur Thyristor
Struktur dasar thyristor adalah struktur 4 layer PNPN
seperti yang ditunjukkan pada gambar-1a. Jika dipilah, struktur ini
dapat dilihat sebagai dua buah struktur junction PNP dan NPN yang
tersambung di tengah seperti pada gambar-1b. Ini tidak lain adalah dua
buah transistor PNP dan NPN yang tersambung pada masing-masing kolektor
dan base. Jika divisualisasikan sebagai transistor Q1 dan Q2, maka
struktur thyristor ini dapat diperlihatkan seperti pada gambar-2 yang
berikut ini.

Gambar-2 : visualisasi dengan transistor
Terlihat
di sini kolektor transistor Q1 tersambung pada base transistor Q2 dan
sebaliknya kolektor transistor Q2 tersambung pada base transistor Q1.
Rangkaian transistor yang demikian menunjukkan adanya loop penguatan
arus di bagian tengah. Dimana diketahui bahwa Ic = b Ib, yaitu arus kolektor adalah penguatan dari arus base.
Jika misalnya ada arus sebesar Ib yang mengalir pada base transistor Q2, maka akan ada arus Ic yang mengalir pada kolektor Q2. Arus kolektor ini merupakan arus base Ib
pada transistor Q1, sehingga akan muncul penguatan pada pada arus
kolektor transistor Q1. Arus kolektor transistor Q1 tdak lain adalah
arus base bagi transistor Q2. Demikian seterusnya sehingga makin lama
sambungan PN dari thyristor ini di bagian tengah akan mengecil dan
hilang. Tertinggal hanyalah lapisan P dan N dibagian luar.
Jika
keadaan ini tercapai, maka struktur yang demikian todak lain adalah
struktur dioda PN (anoda-katoda) yang sudah dikenal. Pada saat yang
demikian, disebut bahwa thyristor dalam keadaan ON dan dapat
mengalirkan arus dari anoda menuju katoda seperti layaknya sebuah
dioda.

Gambar-3 : Thyristor diberi tegangan
Bagaimana
kalau pada thyristor ini kita beri beban lampu dc dan diberi suplai
tegangan dari nol sampai tegangan tertentu seperti pada gambar 3. Apa
yang terjadi pada lampu ketika tegangan dinaikkan dari nol. Ya betul,
tentu saja lampu akan tetap padam karena lapisan N-P yang ada ditengah
akan mendapatkan reverse-bias (teori dioda). Pada saat ini disebut thyristor dalam keadaan OFF karena tidak ada arus yang bisa mengalir atau sangat kecil sekali. Arus tidak dapat mengalir sampai pada suatu tegangan reverse-bias tertentu yang menyebabkan sambungan NP ini jenuh dan hilang. Tegangan ini disebut tegangan breakdown dan pada saat itu arus mulai dapat mengalir melewati thyristor sebagaimana dioda umumnya. Pada thyristor tegangan ini disebut tegangan breakover Vbo.
SCR
Telah
dibahas, bahwa untuk membuat thyristor menjadi ON adalah dengan
memberi arus trigger lapisan P yang dekat dengan katoda. Yaitu dengan
membuat kaki gate pada thyristor PNPN seperti pada gambar-4a. Karena
letaknya yang dekat dengan katoda, bisa juga pin gate ini disebut pin
gate katoda (cathode gate). Beginilah SCR dibuat dan simbol SCR digambarkan seperti gambar-4b. SCR dalam banyak literatur disebut Thyristor saja.

Gambar-4 : Struktur SCR
Melalui
kaki (pin) gate tersebut memungkinkan komponen ini di trigger menjadi
ON, yaitu dengan memberi arus gate. Ternyata dengan memberi arus gate Ig yang semakin besar dapat menurunkan tegangan breakover (Vbo)
sebuah SCR. Dimana tegangan ini adalah tegangan minimum yang
diperlukan SCR untuk menjadi ON. Sampai pada suatu besar arus gate
tertentu, ternyata akan sangat mudah membuat SCR menjadi ON. Bahkan
dengan tegangan forward yang kecil sekalipun. Misalnya 1 volt
saja atau lebih kecil lagi. Kurva tegangan dan arus dari sebuah SCR
adalah seperti yang ada pada gambar-5 yang berikut ini.

Gambar-5 : Karakteristik kurva I-V SCR
Pada gambar tertera tegangan breakover Vbo,
yang jika tegangan forward SCR mencapai titik ini, maka SCR akan ON.
Lebih penting lagi adalah arus Ig yang dapat menyebabkan tegangan Vbo
turun menjadi lebih kecil. Pada gambar ditunjukkan beberapa arus Ig dan
korelasinya terhadap tegangan breakover. Pada datasheet SCR, arus
trigger gate ini sering ditulis dengan notasi IGT (gate trigger current). Pada gambar ada ditunjukkan juga arus Ih yaitu arus holding yang mempertahankan SCR tetap ON. Jadi agar SCR tetap ON maka arus forward dari anoda menuju katoda harus berada di atas parameter ini.
Sejauh
ini yang dikemukakan adalah bagaimana membuat SCR menjadi ON. Pada
kenyataannya, sekali SCR mencapai keadaan ON maka selamanya akan ON,
walaupun tegangan gate dilepas atau di short ke katoda. Satu-satunya cara untuk membuat SCR menjadi OFF adalah dengan membuat arus anoda-katoda turun dibawah arus Ih (holding current). Pada gambar-5 kurva I-V SCR, jika arus forward berada dibawah titik Ih, maka SCR kembali pada keadaan OFF. Berapa besar arus holding ini, umumnya ada di dalam datasheet SCR.
Cara
membuat SCR menjadi OFF tersebut adalah sama saja dengan menurunkan
tegangan anoda-katoda ke titik nol. Karena inilah SCR atau thyristor
pada umumnya tidak cocok digunakan untuk aplikasi DC. Komponen ini
lebih banyak digunakan untuk aplikasi-aplikasi tegangan AC, dimana SCR
bisa OFF pada saat gelombang tegangan AC berada di titik nol.
Ada satu parameter penting lain dari SCR, yaitu VGT.
Parameter ini adalah tegangan trigger pada gate yang menyebabkab SCR
ON. Kalau dilihat dari model thyristor pada gambar-2, tegangan ini
adalah tegangan Vbe pada transistor Q2. VGT seperti halnya Vbe, besarnya kira-kira 0.7 volt. Seperti contoh rangkaian gambar-8 berikut ini sebuah SCR diketahui memiliki IGT = 10 mA dan VGT = 0.7 volt. Maka dapat dihitung tegangan Vin yang diperlukan agar SCR ini ON adalah sebesar :
Vin = Vr + VGT
Vin = IGT(R) + VGT = 4.9 volt

Gambar-8 : Rangkaian SCR
TRIAC
Boleh
dikatakan SCR adalah thyristor yang uni-directional, karena ketika ON
hanya bisa melewatkan arus satu arah saja yaitu dari anoda menuju
katoda. Struktur TRIAC sebenarnya adalah sama dengan dua buah SCR yang
arahnya bolak-balik dan kedua gate-nya disatukan. Simbol TRIAC
ditunjukkan pada gambar-6. TRIAC biasa juga disebut thyristor bi-directional.

Gambar-6 : Simbol TRIAC
TRIAC
bekerja mirip seperti SCR yang paralel bolak-balik, sehingga dapat
melewatkan arus dua arah. Kurva karakteristik dari TRIAC adalah seperti
pada gambar-7 berikut ini.

Gambar-7 : Karakteristik kurva I-V TRIAC
Pada datasheet akan lebih detail diberikan besar parameter-parameter seperti Vbo dan -Vbo, lalu IGT dan -IGT, Ih serta -Ih
dan sebagainya. Umumnya besar parameter ini simetris antara yang plus
dan yang minus. Dalam perhitungan desain, bisa dianggap parameter ini
simetris sehingga lebih mudah di hitung.
DIAC
Kalau
dilihat strukturnya seperti gambar-8a, DIAC bukanlah termasuk keluarga
thyristor, namun prisip kerjanya membuat ia digolongkan sebagai
thyristor. DIAC dibuat dengan struktur PNP mirip seperti transistor.
Lapisan N pada transistor dibuat sangat tipis sehingga elektron dengan
mudah dapat menyeberang menembus lapisan ini. Sedangkan pada DIAC,
lapisan N di buat cukup tebal sehingga elektron cukup sukar untuk
menembusnya. Struktur DIAC yang demikian dapat juga dipandang sebagai
dua buah dioda PN dan NP, sehingga dalam beberapa literatur DIAC
digolongkan sebagai dioda.

Gambar-8 : Struktur dan simbol DIAC
Sukar dilewati oleh arus dua arah, DIAC memang dimaksudkan untuk tujuan ini. Hanya dengan tegangan breakdown
tertentu barulah DIAC dapat menghantarkan arus. Arus yang dihantarkan
tentu saja bisa bolak-balik dari anoda menuju katoda dan sebaliknya.
Kurva karakteristik DIAC sama seperti TRIAC, tetapi yang hanya perlu
diketahui adalah berapa tegangan breakdown-nya.
Simbol
dari DIAC adalah seperti yang ditunjukkan pada gambar-8b. DIAC umumnya
dipakai sebagai pemicu TRIAC agar ON pada tegangan input tertentu yang
relatif tinggi. Contohnya adalah aplikasi dimmer lampu yang berikut
pada gambar-9.

Gambar 9 : Rangkaian Dimmer
Jika diketahui IGT dari TRIAC pada rangkaian di atas 10 mA dan VGT = 0.7 volt. Lalu diketahui juga yang d
Pada
rangkaian dimmer, resistor R biasanya diganti dengan rangkaian seri
resistor dan potensiometer. Di sini kapasitor C bersama rangkaian R
digunakan untuk menggeser phasa tegangan VAC. Lampu dapat diatur menyala redup dan terang, tergantung pada saat kapan TRIAC di picu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar